KARAWANG, RAKA - Sekitar 40.000 rumah yang tersebar pada 30 kecamatan di Kabupaten Karawang belum teraliri listrik. Rumah-rumah yang belum mendapatkan aliran listrik itu adalah rumah warga miskin.
”Jadi mereka (warga miskin) memang tidak sanggup untuk memasangnya. Tetapi, sebelum listrik dipasang mereka juga harus terlebih dahulu membuat pernyataan tentang kesanggupan membayar listrik tiap bulan,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Karawang Hanafi ketika ditemui RAKA di kantornya, Senin (7/3) kemarin.
Dikatakannya, hingga kini masih banyaknya rumah yang belum dialiri listrik karena minimnya anggaran untuk memasang sambungan. Sementara alokasi bantuan pemasangan listrik desa setiap tahunnya hanya untuk 45 rumah di satu desa per kecamatan.
”Tahun lalu, anggaran yang dialokasikan oleh Pemkab Karawang sebesar Rp 1,5 miliar untuk Lisdes di 22 kecamatan.Sedangkan sisanya (8 kecamatan lainnya) bersumber dari anggaran Pemprov Jabar. Saat ini jumlah pemohon sudah 40 ribu rumah.Sementara alokasi dana justru menurun menjadi 1,25 miliar.Sehingga alokasi dana tersebut baru mampu membantu untuk 1000 sambungan dan jika hal tersebut berlangsung setiap tahun tentunya, untuk menjadikan Karawang bebas dari kegelapan butuh waktu 40 tahun,” jelasnya.
Selain karena faktor anggaran, faktor lain seperti ketersediaan daya juga menjadi salah satu penyebab belum tersambungnya aliran listrik ke rumah-rumah pemohon. "Makanya, untuk menentukan salah satu desa yang menjadi penerima program lisdes, kita harus tanya dulu PLN apakah ada daya atau tidak," tuturnya.
Sementara itu, di Desa Taman Mekar, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang sedikitnya ada sekitar 600 rumah yang belum menikmati aliran listrik. Padahal, desa tersebut berdekatan dengan kawasan industri. "Sangat disayangkan, kami seperti desa yang tertinggal padahaldesa kami ini berdekatan dengan kawasan industri," ucap Barkah (41) warga setempat beberapa waktu lalu.
Barkah mengatakan sejak adanya desa tersebut hingga jaman yang katanya modern ini, ribuan orang di desa belum pernah menikmati penerangan dengan listrik di malam hari. "Jika sudah waktu magrib, pasti setiap rumah sibuk menyiapkan lilin atau lampu cempor," katanya.
Padahal, kata dia, lampu cempor untuk dapat hidup memerlukan minyak tanah. Sedangkan harga minyak tanah sudah mahal dan susah didapat. "Semua anak sekolah di desa kami, belajar menggunakan lampu cempor. Biasanya juga belajar berkelompok di balai desa dengan menggunakan lampu bertenaga batere," tuturnya.
Kepala Desa Taman Mekar, Ujang Supriatna mengatakan, pihaknya sudah berulangkali mengajukan bantuan kepada Pemkab Karawang untuk mendapatkan program Listrik Desa (Lisdes), namun sudah tiga tahun sejak pengajuan belum juga direalisasikan."Sampai kapan pengajuan kami terealisasi, kami belum tahu," ujarnya. (ops)
Terbitkan Entri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar